Sindrom nefrotik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kerusakan pada ginjal, khususnya pada glomeruli (struktur penyaring darah), yang mengarah pada kebocoran protein ke dalam urin. Protein yang hilang melalui urin dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk pembengkakan (edema) di berbagai bagian tubuh, seperti kaki dan wajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala usia, tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa usia lanjut.
Sindrom nefrotik bukanlah penyakit tunggal, tetapi lebih merupakan suatu kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kondisi. Penyebab utamanya melibatkan kerusakan pada glomeruli, yang mengakibatkan kebocoran protein dalam jumlah besar. Beberapa penyebab sindrom nefrotik meliputi:
Glomerulonefritis
Penyakit autoimun atau infeksi yang menyebabkan peradangan pada glomeruli bisa memicu sindrom nefrotik. Glomerulonefritis ini bisa terjadi setelah infeksi seperti radang tenggorokan streptokokus.
Diabetes Mellitus
Diabetes dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, yang dikenal dengan nefropati diabetik, dan menjadi salah satu penyebab sindrom nefrotik.
Amiloidosis
Penyakit ini terjadi ketika ada penumpukan protein abnormal di tubuh, termasuk ginjal, yang dapat merusak struktur ginjal dan menyebabkan sindrom nefrotik.
Lupus Eritematosus Sistemik
Penyakit autoimun ini dapat menyebabkan peradangan pada berbagai organ, termasuk ginjal, dan memicu sindrom nefrotik.
Kanker (Misalnya, Karsinoma Sel Ginjal)
Beberapa jenis kanker dapat merusak ginjal dan memicu sindrom nefrotik sebagai komplikasi.
Infeksi
Beberapa infeksi, seperti HIV atau malaria, dapat merusak ginjal dan menyebabkan sindrom nefrotik.
Faktor Genetik
Beberapa bentuk sindrom nefrotik disebabkan oleh kelainan genetik, yang biasanya terjadi pada anak-anak.
Gejala sindrom nefrotik dapat bervariasi, tetapi umumnya mencakup:
Edema (Pembengkakan)
Pembengkakan yang sering terjadi pada kaki, pergelangan kaki, dan wajah, terutama di sekitar mata, akibat kehilangan protein yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
Proteinuria (Protein dalam Urin)
Peningkatan kadar protein dalam urin adalah ciri utama dari sindrom nefrotik. Protein yang hilang dapat menyebabkan penurunan kadar albumin dalam darah.
Hipoproteinemia (Kadar Protein Darah Rendah)
Kehilangan protein menyebabkan kadar protein dalam darah menjadi sangat rendah, yang dapat memperburuk pembengkakan.
Hiperlipidemia (Kadar Kolesterol dan Trigliserida Tinggi)
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah sering ditemukan pada penderita sindrom nefrotik.
Kelelahan
Kehilangan protein dan pembengkakan dapat menyebabkan tubuh merasa lelah dan lemah.
Urine Berbusa
Urin bisa terlihat berbusa karena kandungan protein yang tinggi.
Diagnosis sindrom nefrotik dimulai dengan pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien. Dokter kemudian akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosis, seperti:
Tes Urin
Untuk mendeteksi protein dalam urin. Proteinuria adalah tanda utama sindrom nefrotik.
Tes Darah
Untuk mengukur kadar protein, kolesterol, dan trigliserida dalam darah. Tes ini juga membantu menilai fungsi ginjal.
Biopsi Ginjal
Dalam beberapa kasus, biopsi ginjal mungkin diperlukan untuk mengetahui penyebab kerusakan ginjal dan untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Pencitraan Ginjal
USG ginjal atau tes pencitraan lainnya dapat digunakan untuk mengevaluasi ginjal dan mendeteksi masalah struktural.
Pengobatan sindrom nefrotik tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Beberapa pendekatan pengobatan yang umum meliputi:
Obat diuretik
Obat diuretik digunakan untuk mengurangi pembengkakan dengan membantu tubuh mengeluarkan cairan berlebih.
Obat Penurun Kolesterol
Statin atau obat penurun kolesterol dapat digunakan untuk mengelola kadar kolesterol yang tinggi akibat sindrom nefrotik.
Obat Imunosupresan
Jika sindrom nefrotik disebabkan oleh penyakit autoimun, seperti lupus, dokter mungkin meresepkan obat imunosupresan untuk menekan reaksi autoimun.
Pengelolaan Diabetes dan Penyakit Lainnya
Jika sindrom nefrotik disebabkan oleh diabetes atau kondisi medis lainnya, pengelolaan yang tepat terhadap kondisi tersebut sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada ginjal.
Perubahan Diet
Diet rendah garam dan rendah protein mungkin dianjurkan untuk membantu mengelola pembengkakan dan meningkatkan fungsi ginjal.
Dialisis atau Transplantasi Ginjal
Pada kasus yang lebih parah, ketika ginjal sudah rusak berat, dialisis atau bahkan transplantasi ginjal bisa diperlukan.
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko sindrom nefrotik antara lain:
Mengelola Kondisi Medis yang Ada
Mengontrol kondisi yang dapat mempengaruhi ginjal, seperti diabetes, hipertensi, atau lupus, dapat mencegah terjadinya sindrom nefrotik.
Menghindari Penggunaan Obat yang Merusak Ginjal
Menghindari penggunaan obat-obatan yang dapat merusak ginjal, terutama obat yang tidak diresepkan oleh dokter, dapat membantu mencegah kerusakan ginjal.
Diet Sehat dan Olahraga
Mengikuti pola makan yang sehat, rendah garam, dan berolahraga secara teratur dapat menjaga kesehatan ginjal dan mengurangi risiko sindrom nefrotik.
Sindrom Nefrotik adalah kondisi yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hilangnya protein dalam urin, yang berujung pada pembengkakan, kadar kolesterol tinggi, dan kelelahan. Meskipun kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, pengelolaan yang tepat dan pengobatan yang sesuai sangat penting untuk mengurangi komplikasi dan menjaga fungsi ginjal. Diagnosis dini, pengobatan yang tepat, serta perubahan gaya hidup adalah kunci untuk mengelola sindrom nefrotik secara efektif.